Kecanduan gadget pada anak

Keluarga

Kecanduan Gadget pada Anak: Gejala, Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Rumpun Indonesia

Keluarga

Teknologi digital adalah sebuah pisau bermata ganda, bisa membawa efek positif, tak jarang pula memberi efek negatif. Begitu juga dengan keberadaan smartphone dan gadget lainnya. Smartphone yang dilengkapi internet dan segala macam fitur itu, digadang-gadang akan mempermudah hidup penggunanya. Sayang, di balik semua kemudahan yang ditawarkannya, ada ancaman serius yang tak bisa dipandang sebelah mata: kecanduan gadget pada anak.

Menurut laporan UNICEF dalam “State of the World’s Children: Children in a Digital World” (2017), teknologi digital memberikan peluang sekaligus risiko bagi anak-anak, termasuk ancaman kecanduan, cyberbullying, dan paparan konten tidak pantas.

Hal ini juga ditegaskan dalam penelitian UNICEF Innocenti, dalam paper “Investigating Risks and Opportunities for Children in a Digital World: A rapid review of the evidence on children’s internet use and outcomes” (2021). Studi ini mengulas dampak positif dan negatif penggunaan internet pada anak-anak, seperti peningkatan pembelajaran dan kreativitas, tetapi juga risiko paparan konten berbahaya, cyberbullying, gangguan privasi, serta masalah kesehatan mental dan kecanduan digital.


Gejala Anak Kecanduan Gadget pada Anak

Meskipun gadget dan internet memiliki keterkaitan, tetapi keduanya tidaklah sama. Kecanduan gadget mengacu pada ketergantungan terhadap perangkat teknologi seperti smartphone, tablet, komputer, atau perangkat video game. Di sisi lain, kecanduan internet lebih spesifik pada penggunaan berlebihan terhadap layanan online seperti media sosial, online game, atau browsing web.

Gejala kecanduan gadget pada anak
Foto: Freepik

Untuk menegakkan diagnosis bahwa seseorang mengalami kecanduan gadget, diperlukan konsultasi kepada psikolog atau psikiater. Tetapi, sebagai orang tua kita dapat memperhatikan gejala-gejalanya. Antara lain:

  1. Bermain gadget terus-menerus
    • Menghabiskan waktu terlalu lama di depan layar, bahkan melupakan aktivitas penting seperti makan, tidur, dan bermain dengan teman sebaya.
  2. Perubahan perilaku
    • Apabila tidak menggunakan gadget, anak terlihat gelisah dan kesulitan mengontrol diri. Mudah marah dan agresif ketika dilarang menggunakan gadget.
  3. Sulit berkonsentrasi
    • Anak terlihat sulit untuk berkonsentrasi atau fokus, terutama saat belajar. Rentang perhatiannya (attention span) menjadi terlalu pendek dan mudah teralihkan.
  4. Perubahan pola makan dan pola tidur
    • Tidur larut malam karena terlalu lama menggunakan gadget atau tidak bisa tidur apabila tidak menggunakan gadget.
  5. Bermasalah dalam interaksi sosial
    • Tidak tertarik berinteraksi dengan sekitar karena terlalu fokus pada gadget.

Bahaya Kecanduan Gadget pada Anak

Bahkan pada orang dewasa, penggunaan gadget yang berlebihan dapat menimbulkan efek buruk pada kesehatan fisik dan mental. Apalagi pada anak-anak.

Bahaya kecanduan gadget pada anak
Foto: Freepik

Ketergantungan gadget pada anak dapat membawa efek negatif, antara lain:

1. Dampak pada Kesehatan Fisik

  • Kurang aktivitas fisik yang dapat menyebabkan obesitas.
  • Gangguan tidur akibat terlalu lama menatap layar, terutama sebelum tidur.
  • Risiko masalah mata seperti kelelahan mata digital.

2. Dampak kecanduan gadget pada anak bagi kesehatan mental

  • Penurunan konsentrasi dan fokus pada pelajaran dan berkurangnya waktu untuk belajar sehingga mengakibatkan penurunan prestasi akademik.
  • Anak menjadi mudah marah atau frustrasi jika dilarang menggunakan gadget.
  • Ketergantungan pada hiburan digital, sehingga sulit menikmati aktivitas lain.
  • Pada anak-anak yang lebih besar dan sudah menggunakan media sosial, anak-anak berisiko terkena atau melakukan cyberbullying.

3. Dampak pada Kehidupan Sosial

  • Menurunnya kemampuan bersosialisasi karena lebih fokus pada dunia digital.
  • Interaksi di dunia digital (pesan atau komentar di media sosial) tidak melibatkan emosi, ekspresi wajah, dan intonasi suara. Dalam jangka waktu lama, terutama saat anak sedang dalam masa pertumbuhan, hal ini akan mengakibatkan mereka kesulitan memahami perasaan orang lain.
  • Menjadi terlalu bergantung pada “likes” dan jumlah komentar di media sosial untuk merasa diterima alih-alih menjalin hubungan yang sehat dengan orang-orang di dunia nyata.

Cara Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak

Setiap generasi memiliki peluang dan tantangan sendiri-sendiri. Begitu pula dengan Gen Z dan Gen Alpha yang lahir dan tumbuh besar bersama teknologi. Sebagai orang tua, kita tidak dapat menjauhkan gadget sepenuhnya dari anak sebab mereka membutuhkan itu, misalnya untuk pendidikan, mengakses informasi, dan alat komunikasi.

Foto: Freepik

Seperti yang dikatakan UNICEF dalam hasil laporannya, terkait paparan gadget dan internet pada anak, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah “harness the good, limit the harm”. Ambil apa-apa yang baik darinya, lalu buang dan minimalisasi efek buruknya.

1. Memberikan bimbingan tentang literasi digital

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan bimbingan tentang literasi digital agar mereka memahami cara menggunakan, berinteraksi dengan bijak, menilai informasi secara kritis, serta menjaga keamanan dan privasi di dunia digital. Dengan bimbingan ini, mereka dapat menggunakan teknologi secara positif dan bertanggung jawab.

Jelaskan juga bahwa gadget dan internet memberikan manfaat tetapi dapat berpengaruh buruk bila digunakan secara berlebihan. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti sembari tetap membuka ruang diskusi.

2. Membatasi penggunaan gadget

WHO dan American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pembatasan waktu layar (screen time) untuk anak-anak.

  • 0-2 tahun: tidak terpapar gadget sama sekali.
  • 1-5 tahun: maksimal 1 jam per hari dengan durasi dibagi-bagi. Misalnya, 4 x 15 menit.
  • 5-10 tahun: maksimal 2 jam per hari, juga dengan durasi dibagi-bagi.

Bagaimana dengan anak di atas 10 tahun atau remaja yang sudah memiliki smartphone sendiri? Sayangnya kami tidak dapat menemukan studi tentang durasi penggunaan gadget yang disarankan. Akan tetapi, kita dapat menetapkan kebijakan sendiri-sendiri. Kuncinya adalah: segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

3. Tetapkan aturan yang jelas

Tetapkan aturan yang jelas tentang kapan dan di mana dapat menggunakan gadget. Sebagai contoh:

  • Tidak boleh membuka smartphone saat makan atau beberapa saat sebelum tidur.
  • Tidak boleh menggunakan gadget untuk hiburan apabila tugas sekolah belum selesai.
  • Untuk anak SD, smartphone hanya digunakan untuk keperluan pendidikan.

4. Gunakan fitur parental control

Menurut hukum di Indonesia, anak-anak adalah mereka yang berusia 0-18 tahun. Apa pun yang mereka lakukan menjadi tanggung jawab orang tuanya. Maka tugas kita sebagai orang tuanyalah untuk membimbing dan mengawasi. Gunakan fitur parental control di setiap device untuk mengarahkan, mengawasi, membatasi, dan melindungi.

Dengan fitur ini, kita dapat mengawasi dan membatasi konten seperti apa yang dapat mereka lihat. Juga membatasi aplikasi apa saja yang bisa mereka gunakan dan mematikan perangkat apabila sudah melewati batas waktu yang ditentukan.

Sebagai catatan, anak-anak juga memiliki privasi. Meskipun perlu mengawasi, tetapi kita juga perlu menghormati privasi mereka. Misalnya, tidak membaca pesan pribadi tanpa izin mereka.

5. Ajak anak untuk melakukan aktivitas lain

Kadang gadget digunakan hanya untuk mengisi waktu luang atau ketika anak bosan. Maka, salah satu cara agar mereka tidak kecanduan gadget adalah dengan mengajaknya untuk melakukan aktivitas lain yang sama sekali tidak menggunakan layar.

Ajak mereka untuk membuat kreasi seni seperti melukis, menggambar, menari, atau membuat kerajinan tangan. Bisa juga dengan melakukan aktivitas fisik di luar ruangan seperti berolahraga, bermain, bercocok tanam, berenang, dan sebagainya. Membaca buku bersama-sama atau membacakan cerita juga menarik untuk dilakukan.

6. Batasi dan awasi penggunaan media sosial

Setiap platform memiliki kebijakan tersendiri terkait usia penggunanya. X atau Twitter, IG, Tiktok, dan Youtube baru boleh digunakan oleh anak di atas 13 tahun, sementara beberapa fiturnya seperti mengirim pesan baru bisa digunakan ketika anak sudah berusia 16 tahun.

Bila anak-anak tidak memerlukan akun media sosial untuk keperluan pendidikan, misalnya tugas sekolah, tidak perlu dibuatkan akun. Untuk anak-anak remaja, tetap gunakan fitur parental control.

Selain melindungi mereka dari konten-konten tidak pantas, kita juga dapat mencegah agar mereka tidak terlalu sering menggunakan gadget dan internet.

7. Memberi contoh

Poin lain yang tak kalah penting adalah dengan memberikan contoh. Barangkali hal ini akan sedikit menyulitkan apabila orang tua menggunakan gadget untuk bekerja. Tetapi, kita dapat:

  • Menetapkan waktu bebas gadget bersama anak: Contohnya, tidak menggunakan gadget saat makan atau di waktu keluarga.
  • Menggunakan gadget secara bijak: Menunjukkan bahwa gadget digunakan untuk tujuan produktif, seperti belajar atau menyelesaikan tugas, bukan untuk hiburan terus-menerus.
  • Mengomunikasikan aturan dengan jelas: Jelaskan kepada anak pentingnya membatasi penggunaan gadget dan tunjukkan bahwa aturan berlaku untuk semua anggota keluarga, termasuk orang tua.

Kita tidak dapat membendung kemajuan zaman, termasuk gadget dan internet, sebab keduanya menawarkan peluang dan manfaat besar. Pun, kita perlu mempersiapkan anak-anak agar mampu hidup sesuai zamannya sehingga tidak menjadi generasi yang gagap teknologi.

Namun, kita juga perlu waspada terhadap dampak buruk yang dibawanya dengan melakukan pencegahan dan pengawasan. Maka kami akan mengutip UNICEF sekali lagi terkait penggunaan gadget dan internet: ambil apa-apa yang berguna, lalu buang dan minimalisasi efek buruknya. (eL)

Sumber referensi:

  • UNICEF. (2017). State of the world’s children: Children in a digital world. UNICEF. https://www.unicef.org/reports/state-worlds-children-2017
  • UNICEF Innocenti. (2021). Investigating Risks and Opportunities for Children in a Digital World: A rapid review of the evidence on children’s internet use and outcomes. UNICEF. https://www.unicef.org/innocenti/reports/investigating-risks-and-opportunities-children-digital-world
  • WHO. (2015). Public Health Implications of Excessive Use of the Internet, Computers, Smartphones and Similar Electronic Devices. WHO. https://www.who.int/publications/i/item/9789241509367

Artikel Menarik Lainnya

Komunikasi dengan anak-anak

Membangun Komunikasi Sehat antara Orang Tua dan Anak

Memukul anak, bentuk pendidikan atau kekerasan?

Memukul Anak, Bentuk Pendidikan atau Kekerasan?

Tip Membersamai Anak Remaja di Usia Rentan Mereka

Tip Membersamai Anak Remaja di Usia Rentan Mereka

Leave a Comment