Komunitas Hong

Profil

Komunitas Hong, Menghidupkan Kembali Permainan Tradisional di Era Digital

Rumpun Indonesia

Profil

Di balik hiruk-pikuk kemajuan teknologi dan bentuk permainan anak yang hanya berkutat pada layar, ada sekelompok orang yang dengan penuh semangat berusaha melestarikan nilai-nilai tradisional. Mereka adalah Komunitas Hong, sebuah komunitas yang berdedikasi untuk menghidupkan kembali permainan tradisional Indonesia, terutama permainan dari Tatar Pasundan.


Latar Belakang Komunitas Hong

Komunitas Hong didirikan di Bandung pada tahun 2003 oleh Mohamad Zaini Alif, seorang doktor di bidang permainan tradisional sekaligus dosen di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Terletak di Bukit Pakar Utara, Desa Ciburial, Kabupaten Bandung.

Kata “Hong” sendiri berasal dari bahasa Sunda yang memiliki arti “menemukan”. Nama ini mencerminkan tujuan utama komunitas: menemukan kembali nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam permainan tradisional.

dengan misi untuk menjaga dan melestarikan permainan tradisional yang mulai terlupakan. Kata “Hong” sendiri berasal dari bahasa Sunda yang memiliki arti “menemukan”. Nama ini mencerminkan tujuan utama komunitas ini: menemukan kembali nilai-nilai lokal yang terkandung dalam permainan tradisional.

Permainan tradisional tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana pembelajaran yang mengajarkan kerja sama, kreativitas, serta kearifan lokal. Di era digital ini, permainan tradisional sering kali tergeser oleh video game dan teknologi modern. Komunitas Hong hadir sebagai penjaga warisan budaya yang berusaha mengembalikan permainan tradisional ke hati masyarakat.


Kegiatan dan Program Komunitas

Komunitas Hong mengadakan berbagai kegiatan untuk memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada masyarakat, di antaranya:

  1. Workshop Permainan Tradisional
    • Workshop ini diadakan untuk mengajarkan anak-anak dan orang dewasa cara bermain permainan tradisional seperti congklak, gatrik, egrang, dan banyak lagi. Melalui kegiatan ini, peserta tidak hanya bermain, tetapi juga memahami filosofi di balik setiap permainan.
  2. Festival Permainan Tradisional
    • Festival diadakan secara rutin untuk menarik perhatian publik terhadap pentingnya melestarikan budaya permainan tradisional. Dalam acara ini, berbagai permainan tradisional dipamerkan dan dimainkan bersama oleh peserta dari berbagai usia.
  3. Pendampingan Sekolah
    • Komunitas Hong bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk mengintegrasikan permainan tradisional ke dalam kegiatan ekstrakurikuler. Program ini bertujuan untuk mendekatkan anak-anak pada budaya lokal sejak dini.
  4. Pengembangan Media Digital
    • Menyadari peran teknologi dalam kehidupan modern, Komunitas Hong juga mengembangkan konten digital, seperti video edukasi dan aplikasi interaktif, untuk memperkenalkan permainan tradisional kepada generasi muda melalui platform yang lebih relevan.

Dampak Positif Bagi Masyarakat

Kehadiran Komunitas Hong membawa berbagai dampak positif, di antaranya:

  • Peningkatan Kesadaran Budaya: Anak-anak dan orang dewasa diajak untuk lebih mengenal dan mencintai warisan budaya mereka.
  • Interaksi Sosial: Permainan tradisional mendorong interaksi langsung yang membantu memperkuat hubungan antarsesama.
  • Pendidikan Nilai: Banyak permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai positif seperti kerja sama, kejujuran, dan strategi.

Cara Berkunjung ke Komunitas Hong

Bila Anda tertarik untuk berkunjung ke sana, harap diingat bahwa Komunitas Hong hanya menerima rombongan, tidak menerima kunjungan perorangan. Per Desember 2024, beginilah cara berkunjung ke Komunitas Hong:

  • Pengunjung perlu membuat reservasi terlebih dahulu sebelum datang.
  • Tiket masuk Rp50.000/orang.
  • Minimal 70 orang tiap rombongan, maksimal 100 orang, dalam satu kali kedatangan.
  • Durasi per kunjungan 2 jam, dari pukul 09.00 – 11.00 WIB.

Anda juga dapat mengundang Komunitas Hong untuk datang. “Komunitas Hong juga bisa diundang ke luar, tidak hanya berkunjung saja,” jelas Kang Cecep kepada Rumpun Indonesia, Kamis (5/12/2024).

Komunitas Hong tak hanya menerima kunjungan dari sekolah atau lembaga pendidikan, tetapi juga menerima kunjungan dari umum atau komunitas. “Boleh, dari sekolah atau umum juga bisa,” jelas Kang Cecep lagi. (eL)

Artikel Menarik Lainnya

Nining Meida

Nining Meida, Diva Pop Sunda yang Melegenda

Sanggar Seni Ringgo

Sanggar Seni RING’GO: Ago Bukan Guru, Ia Hanya Ingin Berbagi Ilmu

Leave a Comment