Minggu, 1 September 2019, 700 orang perempuan dari berbagai kalangan dan usia berkumpul di pelataran Gedung Sate, Bandung. Dengan mengenakan kebaya beraneka warna, mereka siap berpartisipasi dalam acara “Menari Bersama Ketuk Tiluan”. Acara yang dihelat dengan tujuan untuk merawat kebudayaan dan menghargai keberagaman.
Indonesia.id sebagai penggagas berkolaborasi dengan berbagai komunitas dan para perempuan di Indonesia. Acara menari bersama ini mula-mula diadakan di Jakarta pada 18 Agustus 2019. Sebanyak 300 orang menarikan tari cokek bersama-sama. Setelah sukses di Jakarta, tongkat estafet kemudian digulirkan ke Bandung dan disambut hangat oleh Komunitas Rumpun Indonesia.
Seperti disampaikan Eva Simanjuntak, ketua Indonesia.id, acara serupa akan digelar di berbagai kota di Indonesia. Setiap daerah menarikan tarian tradisional masing-masing. Setelah Bandung, berikutnya adalah Medan, Makassar, Aceh, lalu Papua. Tetapi tak hanya itu, Auckland dan Washington DC juga tak mau ketinggalan.
Mengapa Ketuk Tilu?
Tari ketuk tilu dipilih bukannya tanpa alasan. Tarian asli Jawa Barat ini telah ada sejak abad ke-19, menjadi bagian ritual dan tari pergaulan masyarakat Sunda beratus tahun lamanya. Melalui tarian tradisional, Rumpun Indonesia ingin mengajak masyarakat untuk kembali mengingat budaya dan turut andil dalam melestarikannya.
“Tujuan kegiatan ini adalah, pertama, kami ingin memperlihatkan kembali kekayaan budaya Indonesia. Lalu kedua, untuk memberikan penghargaan pada keberagaman yang ada di Indonesia dan bersama-sama mengawal toleransi yang ada di negeri ini,” jelas Marintan Sirait, salah satu inisiator Rumpun Indonesia, kepada Kompas TV (1/9/2019).



Masyarakat Bandung khususnya dan masyarakat Jawa Barat pada umumnya menyambut acara #KetukTiluan dengan antusias. Terbukti dengan hadirnya 700 orang yang berasal dari berbagai kalangan dan usia.
Daning, salah satu peserta, berharap acara serupa berlanjut, “Acara ini bagus sekali. Saya berharap, sih, ada kelanjutannya kemudian ada lebih banyak lagi yang ikut serta. Terutama untuk mengajak anak-anak dari kecil.”
“Buat saya acara ini bagus banget. Satu, cinta Indonesia. Dua, kita mengedepankan toleransi,” ungkap Anti, peserta yang lain. (eL)